BI: Anjloknya IHSG Tidak Menunjukkan Kondisi Ekonomi Indonesia yang Buruk

GEDUNG _ Bank Indonesia. -Foto Ekonomi.--

Radarlambar.bacakoran.co – Bank Indonesia (BI) menegaskan bahwa penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak bisa dijadikan acuan utama dalam menilai kesehatan perekonomian Indonesia. Menurut Solikin M. Juhro, Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI, pelemahan IHSG lebih dipengaruhi oleh sentimen pasar dan persepsi investor, ketimbang penurunan fundamental ekonomi Indonesia yang sebenarnya masih kuat.

Solikin menegaskan bahwa meskipun IHSG mengalami penurunan drastis, hal tersebut lebih disebabkan oleh faktor eksternal, seperti tekanan nilai tukar dan bukan karena adanya masalah mendasar dalam ekonomi Indonesia. Ia menambahkan bahwa komunikasi yang baik dan transparansi sangat penting untuk membentuk persepsi pasar, namun yang lebih utama adalah angka-angka fundamental ekonomi Indonesia yang tetap menunjukkan kondisi yang solid.

Beberapa indikator makroekonomi, seperti utang negara, stabilitas sistem keuangan, dan permodalan perbankan, menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia tetap berada dalam posisi yang sehat dan terjaga. BI juga mencatatkan inflasi yang terkendali di angka 1,5 persen, jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara lain seperti Vietnam yang meskipun mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, namun inflasinya juga lebih tinggi.

Solikin juga menekankan bahwa dalam kebijakan ekonomi, BI selalu berupaya menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan stabilitas harga. Stabilitas harga, dalam hal ini inflasi, tetap menjadi prioritas utama dalam kebijakan moneter Indonesia.

Sebagai perbandingan, Solikin mengingatkan bahwa situasi saat ini jauh berbeda dengan krisis finansial Asia pada 1997-1998, ketika meskipun ekonomi Indonesia tumbuh tinggi, namun fundamentalnya rapuh. Kali ini, Indonesia memiliki fundamental yang jauh lebih kuat, yang membuatnya lebih tahan terhadap guncangan ekonomi global.

Sementara itu, IHSG yang sempat terjun lebih dari 6 persen pada 18 Maret 2025 dan bahkan sempat turun ke level 5.900 pada 24 Maret, akhirnya kembali menguat pada 26 Maret, dengan peningkatan lebih dari 3 persen ke level 6.472. Dengan demikian, BI menegaskan bahwa meskipun pasar saham mengalami fluktuasi, kondisi ekonomi Indonesia tetap solid dan tidak terpengaruh oleh penurunan IHSG. (*/rinto)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan