Potensi Ekonomi Industri Manufaktur Energi Terbarukan Rp 8.824 triliun

Ilustrasi. Salah saty pengembangan industri energi terbarukan. Foto Net--
Radarlambar.bacakoran.co- Pengembangan industri manufaktur energi terbarukan dari tenaga surya, angin, dan baterai memiliki potensi besar bagi perekonomian Indonesia. Studi terbaru yang dirilis oleh Institute for Essential Services Reform (IESR) menunjukkan bahwa sektor ini dapat menciptakan potensi ekonomi hingga 551,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 8.824 triliun pada 2060.
Angka ini setara dengan hampir 40 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada 2024 yang tercatat sebesar Rp 22.139 triliun menurut data Badan Pusat Statistik (BPS).
Selain dampak ekonomi, pengembangan industri manufaktur energi terbarukan berpotensi menciptakan 9,7 juta pekerjaan dalam bentuk tenaga kerja tahunan hingga 2060. Namun, pencapaian tersebut memerlukan strategi komprehensif yang mencakup penguatan rantai pasok, kebijakan pendukung, serta kesiapan sumber daya manusia dalam menghadapi peralihan energi.
Industri Energi Surya: Peluang dan Tantangan
Pada sektor energi surya, kapasitas produksi modul surya Indonesia telah mencapai 4,7 gigawatt (GW) per tahun hingga pertengahan 2024. Kapasitas ini diproyeksikan meningkat menjadi 19 GW sebelum 2030. Dengan pertumbuhan tersebut, industri ini berpotensi menciptakan 5,7 juta pekerjaan dan menyumbang 236,3 miliar dolar AS bagi perekonomian nasional pada 2060.
Namun, kendala utama dalam pengembangan industri ini terletak pada ketergantungan terhadap komponen impor, terutama dalam rantai pasok panel surya. Indonesia perlu meningkatkan kapasitas produksi lokal serta mendorong investasi dalam teknologi manufaktur agar tidak hanya menjadi pasar bagi produk impor, melainkan juga pemain utama dalam produksi komponen energi surya.
Pengembangan Energi Angin Masih Tertinggal
Berbeda dengan sektor energi surya yang mulai menunjukkan perkembangan, industri energi angin di Indonesia masih menghadapi tantangan besar. Hingga 2024, kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Indonesia hanya mencapai 154,3 megawatt (MW), jauh dari potensi nasional yang diperkirakan mencapai 155 GW.
Secara global, pertumbuhan kapasitas PLTB terus meningkat dengan tambahan 118 GW pada 2023, naik 36 persen dari tahun sebelumnya. Namun, permintaan terhadap teknologi ini di Indonesia masih rendah, yang menyebabkan keterlambatan dalam pengembangan manufaktur turbin angin serta rantai pasok terkait.
Jika sektor ini dapat berkembang sesuai potensinya, industri manufaktur, konstruksi, serta pemeliharaan PLTB berpotensi menyumbang 75,2 miliar dolar AS bagi perekonomian dan menciptakan 1,8 juta pekerjaan hingga 2060. Oleh karena itu, kebijakan yang lebih proaktif diperlukan untuk mendorong investasi serta pengembangan industri ini agar dapat bersaing dengan negara lain yang telah lebih dahulu mengadopsi energi angin secara masif.
Industri Baterai dan Kendaraan Listrik: Peluang Besar bagi Indonesia
Industri baterai menjadi salah satu sektor yang mengalami lonjakan permintaan. Pada 2024, permintaan kendaraan listrik di Indonesia meningkat 25 kali lipat dibandingkan dengan 2022. Dengan potensi ini, pengembangan industri baterai untuk penyimpanan energi dan kendaraan listrik diperkirakan akan menghasilkan dampak ekonomi hingga 240 miliar dolar AS serta menciptakan 2,2 juta lapangan kerja pada 2060.
Keunggulan utama Indonesia dalam sektor ini adalah ketersediaan bahan baku utama, seperti nikel, yang menjadi komponen penting dalam produksi baterai lithium. Namun, untuk memaksimalkan potensi ini, perlu ada kebijakan yang mendukung hilirisasi industri agar bahan baku tidak hanya diekspor dalam bentuk mentah, melainkan diolah menjadi produk dengan nilai tambah tinggi.
Langkah Strategis untuk Mendorong Industri Manufaktur Energi Terbarukan