Rupiah Jadi Jawara Asia, Dolar AS Harus Menepi Sejenak

Mata Uang Dolar dan Rupiah. -Foto Freepik-

Radarlambar.bacakoran.co  – Di tengah ketidakpastian ekonomi global dan tensi perdagangan yang terus bergulir mata uang rupiah tampil mengejutkan dengan menjadi mata uang terkuat di kawasan Asia pada Jumat pagi ini.

Menurut data perdagangan yang dihimpun hingga pukul 09:14 WIB, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penguatan signifikan sebesar 0,3%. Posisi ini menjadikannya sebagai mata uang dengan kinerja paling tangguh dibandingkan para pesaingnya di Asia. Di belakang rupiah, rupee India dan peso Filipina turut menguat meski dengan angka yang lebih moderat, masing-masing 0,05% dan 0,04%.

Sebaliknya, sejumlah mata uang lain justru harus melemah. Won Korea Selatan tercatat sebagai yang paling tertekan dengan penurunan 0,42%, disusul yen Jepang yang terkoreksi 0,21%, yuan China yang melemah 0,11%, dan ringgit Malaysia yang turun tipis sebesar 0,07%.

Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) justru menunjukkan arah sebaliknya. Indeks yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama dunia ini mencatatkan kenaikan 0,23% ke level 99,61 halini menjadi pemulihan dari pelemahan yang terjadi di sesi sebelumnya.

Kenaikan DXY didorong oleh pernyataan terbaru dari Presiden AS Donald Trump yang kembali menegaskan kelanjutan negosiasi perdagangan dengan China. Meskipun Beijing menyampaikan bantahan, pasar merespons dengan optimisme atas potensi keberlanjutan dialog antara dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia tersebut.

Selain itu, dolar juga mendapatkan angin segar dari perkembangan positif dalam diskusi perdagangan yang tengah berlangsung antara AS dengan Jepang dan Korea Selatan. Harapan akan tercapainya kesepakatan di antara negara-negara tersebut memberikan dukungan terhadap mata uang Paman Sam.

Dinamika politik dan kebijakan moneter juga turut memengaruhi sentimen pasar. Awal pekan ini, Menteri Keuangan AS menyoroti pentingnya pengurangan tarif secara signifikan antara AS dan China sebagai kunci untuk membuka peluang negosiasi yang lebih konstruktif. Langkah ini dipandang sebagai sinyal kuat bagi pelaku pasar bahwa eskalasi perang dagang bisa diredam.

Di sisi lain, suasana sempat mereda setelah pernyataan dari Presiden Trump yang melunakkan sikapnya terhadap Ketua The Fed, Jerome Powell. Klarifikasi ini menghilangkan kekhawatiran pasar atas kemungkinan pergantian pimpinan bank sentral, yang sebelumnya sempat menciptakan ketidakpastian.

Tak hanya itu, komentar dari Presiden The Fed wilayah Cleveland turut memberi warna pada pergerakan dolar. Ia mengisyaratkan bahwa peluang pemangkasan suku bunga bisa saja terjadi secepat-cepatnya pada Juni mendatang, dengan catatan bahwa data ekonomi mendukung langkah tersebut. Meski pernyataan ini sempat menekan dolar, namun optimisme perdagangan kembali membangkitkan sentimen positif terhadap mata uang AS.

Di tengah gejolak dan respons pasar yang dinamis, rupiah berhasil mencuri perhatian dengan performa cemerlang. Penguatan ini menunjukkan bahwa pasar masih memberikan kepercayaan terhadap stabilitas ekonomi Indonesia di tengah turbulensi global. (*/rinto)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan