Kontroversi Gus Miftah: Desakan Pemecatan Setelah Olok-olok Pedagang Es Teh

Gus Miftah--
Radarlambar.bacakoran.co – Gus Miftah Maulana Habiburrahman, yang baru-baru ini diangkat sebagai Utusan Khusus Presiden untuk Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan, tengah menjadi sorotan publik. Video yang menampilkan Gus Miftah mengolok-olok seorang pedagang es teh viral di media sosial, dan hal ini langsung memicu kontroversi.
Gus Miftah Mengolok Pedagang Es Teh di Pengajian
Dalam sebuah video yang tersebar luas di media sosial, Gus Miftah terlihat berinteraksi dengan seorang pedagang es teh bernama Sunhaji, yang berasal dari Desa Banyusari, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Gus Miftah, dengan gaya bercandanya, awalnya bertanya kepada pedagang tersebut apakah es teh yang dijual masih tersedia. Namun, tanpa menunggu jawaban, Gus Miftah kemudian mengeluarkan kata-kata yang dianggap kasar, yang langsung membuat publik terkejut.
Aksi ini langsung memicu kontroversi, mengingat pernyataan tersebut dinilai merendahkan seorang pedagang kecil yang sedang berusaha mencari nafkah dengan cara yang halal. Banyak yang merasa kecewa karena Gus Miftah, sebagai seorang ulama yang seharusnya menjadi teladan dalam menjaga kerukunan antar umat beragama, malah melakukan tindakan yang dirasa tidak pantas dan tidak menghormati orang lain.
Desakan Pemecatan Gus Miftah dari Jabatan Utusan Khusus Presiden
Kontroversi ini membuat banyak warganet mengungkapkan rasa kekecewaannya melalui media sosial. Mereka meminta Presiden Prabowo Subianto untuk mempertimbangkan kembali posisi Gus Miftah sebagai Utusan Khusus Presiden, dengan alasan bahwa ucapan yang menyinggung tersebut tidak mencerminkan nilai-nilai yang seharusnya dimiliki oleh seorang pejabat yang memiliki tugas untuk menjaga kerukunan antar umat beragama.
Beberapa komentar yang muncul menyarankan agar Gus Miftah dicopot dari jabatannya, karena dianggap tidak layak memegang posisi tersebut. Beberapa pengguna media sosial menegaskan bahwa tindakan seperti ini bisa merusak citra pemerintah, khususnya dalam hal penghormatan terhadap pekerja kecil yang tengah berjuang mencari nafkah.
Pesan Presiden Prabowo tentang Penghormatan kepada Pedagang Kaki Lima
Isu ini menjadi lebih relevan setelah pidato Presiden Prabowo beberapa waktu lalu, di mana beliau mengungkapkan rasa hormat yang mendalam kepada pekerja kecil, seperti pedagang kaki lima, tukang bakso, dan tukang ojek online. Dalam pidato tersebut, Prabowo menyampaikan pesan agar masyarakat tidak menganggap remeh profesi-profesi tersebut, karena mereka adalah pahlawan ekonomi yang berperan besar dalam kehidupan sehari-hari.
Presiden Prabowo menekankan bahwa meskipun seseorang boleh bangga dengan gelar sarjana atau status sosialnya, namun sejatinya mereka harus tetap menghormati orang-orang yang mencari nafkah dengan cara sederhana namun penuh kejujuran. Menurutnya, pekerjaan apapun yang dilakukan dengan penuh keikhlasan adalah pekerjaan yang patut dihargai.
Permintaan Maaf dari Gus Miftah
Menyadari kesalahan yang telah diperbuat, Gus Miftah akhirnya menyampaikan permintaan maaf secara terbuka. Dalam pernyataan yang diunggah ke media, Gus Miftah mengakui bahwa kata-kata yang diucapkannya dapat menyinggung perasaan banyak pihak, dan ia meminta maaf kepada Sunhaji serta masyarakat yang merasa terganggu dengan candaan tersebut.
Gus Miftah juga menjelaskan bahwa ia memang sering bercanda dalam banyak kesempatan, namun ia menyadari bahwa tidak semua orang dapat menerima candaan tersebut dengan cara yang sama. Sebagai bentuk pertanggungjawaban, Gus Miftah berjanji untuk lebih berhati-hati dalam berbicara di depan publik di masa depan. Selain itu, ia mengungkapkan bahwa ia telah ditegur oleh Sekretaris Kabinet Mayor Teddy Indra Wijaya dan akan lebih memperhatikan ucapannya ke depannya.
Tanggapan Masyarakat dan Harapan ke Depan
Meski Gus Miftah telah meminta maaf, banyak pihak yang tetap menganggap bahwa sebagai pejabat publik, sikapnya seharusnya lebih mencerminkan nilai-nilai kerukunan dan saling menghormati. Banyak warganet berharap agar kejadian serupa tidak terulang, dan agar Gus Miftah menjadi lebih bijaksana dalam berbicara, terutama dalam posisi yang sangat mempengaruhi opini publik.
Masyarakat juga berharap bahwa para pejabat negara, terutama mereka yang memiliki tugas penting seperti Gus Miftah, bisa menjadi contoh dalam menjaga sikap yang sesuai dengan tanggung jawab mereka. Penghormatan terhadap pekerja keras, seperti pedagang kaki lima, seharusnya menjadi prioritas bagi siapa pun yang memiliki jabatan publik, agar tercipta lingkungan yang saling menghargai. (*)