Soal Penanganan Smp 1 Satap Waytenong, BPBD Lambar Tunggu Instruksi Pj Bupati

DUA Titik kerusakan fasilitas pendidikan di sejumlah wilayah di kabupaten Lambar dampak bencana alam. -Foto Dok---

GEDUNGSURIAN – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lampung Barat (Lambar) tengah menunggu instruksi dari Penjabat (Pj) Bupati terkait langkah penanganan dampak bencana alam di dua sekolah, yakni SMP 1 Atap Satu Waytenong yang mengalami kerusakan akibat angin kencang, serta SDN 1 Gedungsurian yang terdampak longsor.

Kepala BPBD Lambar, Padang Priyo Utomo SH., mengungkapkan bahwa pihaknya telah menerima berkas terkait dampak bencana tersebut dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Lambar.

Dalam waktu dekat, BPBD akan melakukan survei lokasi guna menentukan langkah darurat yang diperlukan serta menyusun kajian kebutuhan pascabencana (Jitupasna).

”Jitupasna ini mencakup pengkajian dan penilaian dampak bencana, analisis kebutuhan, serta rekomendasi awal untuk strategi pemulihan yang akan menjadi dasar dalam penyusunan rencana rehabilitasi dan rekonstruksi,” jelas Padang.

Sementara itu, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Lambar telah mengajukan usulan agar BPBD segera menangani persoalan ini. Kabid Pembinaan Pendidikan Dasar, Seno Susanto, S.E., M.M., yang mendampingi Plt. Kepala Disdikbud Lambar, Nowo Wibawono S.Pd. M.Pd., menegaskan bahwa kerusakan yang terjadi di SDN 1 Gedungsurian ,SMP 1 Atap Satu Waytenong dikategorikan sebagai dampak bencana alam.

”Sejak tahun 2024, kami sudah menyampaikan laporan ini ke BPBD. Tahun ini, kami kembali mengajukan usulan agar segera ditindaklanjuti. Bahkan, Rencana Anggaran Biaya (RAB) sudah diminta BPBD dan telah kami serahkan. Harapannya, proses perbaikan bisa terealisasi tahun ini,” ujar Seno.

Disdikbud menekankan bahwa percepatan penanganan sangat penting demi keamanan dan kenyamanan siswa dalam proses belajar-mengajar.

Kepala SDN 1 Gedungsurian, Misman, S.Pd., menyatakan bahwa pihaknya sangat berharap perbaikan dapat dilakukan tahun ini, mengingat longsor yang terjadi semakin meluas dan mengancam ruang kelas.

“Longsor ini bukan terjadi tiba-tiba, tetapi akibat kikisan air hujan yang terus menggerus tanah di sekitar sekolah. Upaya penanganan sementara hanya dengan membendung aliran air secara manual, namun langkah ini kurang efektif,” kata Misman.

Menurutnya, Disdikbud telah meminta laporan kondisi longsor secara daring dan menyampaikan rencana penanganan awal yang diperkirakan akan dimulai pada tahun anggaran 2025, sekitar April atau Mei mendatang.

Dengan kondisi yang semakin mengkhawatirkan, pihak sekolah dan Disdikbud berharap BPBD dapat segera merealisasikan langkah penanganan darurat guna mencegah dampak yang lebih besar di masa mendatang (rinto/nopri)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan