Strategi Politik Netanyahu di Tengah Perang Gaza

Benyamin Netanyahu . Foto/net--
Radarlambar.bacakoran.co -Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memulai serangan udara besar-besaran ke Gaza pada 18 Maret 2025, yang menandai berakhirnya gencatan senjata yang sudah berlangsung. Dalam beberapa hari pertama serangan, lebih dari 600 orang dilaporkan tewas. Di balik eskalasi konflik ini, beberapa analis politik berpendapat bahwa Netanyahu mungkin menggunakan situasi ini untuk mengatasi krisis domestik yang mengancam posisinya sebagai pemimpin.
Sebelum dimulainya kembali serangan, Netanyahu sudah menghadapi berbagai tantangan politik, termasuk protes besar atas kebijakan-kebijakannya dan investigasi hukum yang mengancam masa depan pemerintahannya. Meskipun demikian, dia memanfaatkan kembalinya ketegangan di Gaza sebagai kesempatan untuk memperkuat posisinya dan meredam oposisi. Berikut adalah tiga cara bagaimana Netanyahu tampaknya mendapatkan keuntungan dari kembali melanjutkan perang:
Memenangkan Dukungan Kembali dari Sayap Kanan Netanyahu telah mengalami kesulitan dalam mendapatkan dukungan politik, terutama dari anggota koalisinya yang lebih konservatif. Sebagai contoh, Itamar Ben-Gvir, tokoh ekstrem sayap kanan, sebelumnya keluar dari kabinet sebagai protes terhadap gencatan senjata yang ditandatangani pada Januari 2025. Namun, setelah serangan dimulai, Ben-Gvir kembali bergabung dengan pemerintah, memperlihatkan bahwa Netanyahu berhasil meredakan ketegangan internal dan mendapatkan dukungan dari kelompok nasionalis-agama yang kunci bagi kelangsungan pemerintahannya.
Menyingkirkan Para Pesaing Politik Pada saat yang bersamaan, Netanyahu memutuskan untuk memecat beberapa pejabat penting, seperti Direktur Shin Bet, Ronen Bar, dan Jaksa Agung Gali Baharav. Keputusan ini dipandang oleh sebagian pihak sebagai langkah untuk menyingkirkan pesaing politik yang dapat mengancam kekuasaannya, serta untuk mengalihkan perhatian publik dari masalah internal Israel. Pemecatan tersebut juga berhasil mengalihkan fokus dari protes besar-besaran yang direncanakan oleh oposisi.
Menghindari Pengadilan dan Kasus Korupsi Netanyahu sedang menghadapi proses hukum yang mengancam posisinya, dengan tuduhan korupsi yang terus berkembang. Dengan dimulainya kembali serangan, ia berhasil mengalihkan perhatian publik dan media dari investigasi terhadap dirinya dan para ajudannya. Beberapa pengamat mencatat bahwa dengan mengalihkan fokus pada konflik eksternal, Netanyahu dapat memperkuat posisinya dalam politik domestik, mengurangi tekanan atas dirinya dalam proses hukum yang sedang berlangsung.
Melihat perkembangan ini, banyak yang berpendapat bahwa Netanyahu menggunakan perang ini sebagai alat untuk mencapai tujuan politiknya, baik dalam memenangkan dukungan dalam koalisinya maupun untuk menghindari konsekuensi dari tuduhan yang dihadapinya.