Daya Beli Melemah, Dua Hotel di Bogor Tutup 150 Karyawan di PHK

Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani, -Foto Dok---
Radarlambar.bacakoran.co – Sektor perhotelan di Indonesia se-makin terhimpit oleh pelemahan daya beli masyarakat, yang terlihat dari penutupan dua hotel di Bogor, Jawa Barat. Keputusan ini berdam-pak pada 150 karyawan yang harus menghadapi pemutusan hubungan kerja (PHK). Penutupan ini menambah panjang daftar tantangan yang harus dihadapi industri perhotelan, di tengah kondisi ekonomi yang masih sulit.
Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani, menyebutkan bahwa jika daya beli masyarakat tidak segera membaik, lebih banyak hotel yang mungkin terpaksa tutup, dan PHK lebih banyak lagi yang akan terjadi.
Meskipun ia belum mendapatkan laporan terkait penutupan hotel lainnya di Indonesia, Hariyadi mengungkapkan bahwa penurunan okupansi hotel di Liburan Lebaran 2025 sangat terasa. Tingkat keterisian hotel selama periode tersebut tercatat mengalami penurunan hingga 20 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Berdasarkan pengamatan Hariyadi, meskipun banyak masyarakat yang mendapatkan tunjangan hari raya (THR) yang biasanya digunakan un-tuk berbelanja atau berwisata, hal itu tidak berdampak signifikan pada industri perhotelan.
Pemesanan hotel pada tahun ini lebih lambat, bahkan sebagian besar reservasi hanya dilakukan hingga 4-5 April, jauh lebih pendek dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang biasanya penuh hingga tanggal 7 April. Situasi serupa terlihat di destinasi wisata populer sep-erti Bali dan Yogyakarta, yang juga mengalami penurunan okupansi.
Fenomena ini menunjukkan bahwa daya beli masyarakat yang tertekan memengaruhi berbagai sektor, termasuk perhotelan. Hariyadi pun ber-harap agar pemerintah segera mengimplementasikan kebijakan yang dapat meningkatkan belanja publik, terutama yang berkaitan dengan sektor perhotelan.
Selama ini, sebagian besar okupansi hotel di Indonesia didorong oleh kegiatan-kegiatan yang berasal dari anggaran pemerintah, yang me-nyumbang hingga 40 persen dari total pemesanan.
Jika kebijakan belanja pemerintah tidak segera direalisasikan, ada kemungkinan lebih banyak hotel yang akan tutup, dan lebih banyak karyawan yang akan kehilangan pekerjaan. Sektor perhotelan, yang menjadi sumber penghidupan bagi ribuan orang, sangat bergantung pada peningkatan daya beli masyarakat dan perputaran ekonomi yang lebih baik.
Dengan berbagai tantangan yang dihadapi sektor ini, ada harapan agar pemerintah segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memulihkan kondisi ekonomi dan sektor perhotelan, agar lebih ban-yak hotel yang dapat bertahan dan lebih sedikit karyawan yang harus menghadapi pemutusan hubungan kerja. (*/rinto)