Tangani Konflik Harimau, Tim Gabungan Pasang Kandang Jebak

KANDANG JEBAK ; Pasca interaksi negatif antara manusia dan satwa liar Harimau Sumatera yang menyebabkan satu korban jiwa petugas gabungan memasang kandang jebak. Foto Dok--
BATUBRAK - Menyusul terjadinya interaksi negatif antara manusia dan satwa liar Harimau Sumatera yang menyebabkan satu korban jiwa di Umbul 5, Dusun Kali Pasir, Pekon Sukabumi, Kecamatan Batu Brak, Kabupaten Lampung Barat, pada 10 Juli 2025 lalu, petugas gabungan dari berbagai instansi melakukan langkah cepat mitigasi di lapangan.
Salah satu langkah utama yang telah diambil adalah pemasangan Box Trap atau kandang jebak di area perkebunan sekitar lokasi kejadian. Tindakan ini dilakukan untuk menangkap individu harimau yang diduga terlibat dalam insiden tersebut.
“Pemasangan Box Trap merupakan bagian dari prosedur mitigasi standar. Ini dilakukan untuk menghindari jatuhnya korban lanjutan, sekaligus mengamankan satwa liar yang statusnya dilindungi,” ujar Humas Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (BBTNBBS), Derry Chandra Wijaya, Selasa (22/7/2025).
Derry menjelaskan, pemasangan box trap beberapa waktu lalu itu dilakukan dilakukan oleh tim gabungan yang terdiri dari, BBTNBBS BKSDA Bengkulu, TNI Koramil Batu Brak, Polsek Sekincau, Masyarakat local dan WCS-IP.
“Tim melakukan pemasangan Box Trap di lokasi strategis yang menjadi jalur lintasan harimau. Selain itu, tim juga memasang kamera trap offline untuk memantau keberadaan individu harimau di sekitar jebakan,” jelasnya.
“Kamera ini sangat penting untuk memastikan apakah individu harimau yang terlibat konflik benar-benar mendekat ke area Box Trap. Kami mengandalkan deteksi visual karena lokasi tidak memungkinkan pemasangan kamera berbasis sinyal,” tambah Derry.
Sebagai langkah pendukung, tim juga memasang banner imbauan di titik-titik rawan sepanjang jalur kebun dan hutan yang sering dilalui warga. Banner ini berisi peringatan agar masyarakat tidak beraktivitas sendirian, terutama di pagi dan sore hari waktu yang tergolong aktif bagi harimau.
Pesan penting yang disampaikan dalam banner antara lain, yakni jangan memasuki kawasan TNBBS tanpa izin, hindari beraktivitas sendirian di kebun, terutama pada jam rawan, jangan memburu satwa liar dilindungi, termasuk harimau sumatera, kolaborasi jadi kunci mitigasi berbasis komunitas.
Derry menekankan, pendekatan kolaboratif antara petugas konservasi, aparat keamanan, dan warga lokal merupakan kunci keberhasilan mitigasi konflik satwa liar. Ke depan, pihaknya juga akan melakukan evaluasi, patroli lanjutan, serta edukasi kepada masyarakat agar potensi konflik serupa dapat ditekan.
“Keberadaan harimau adalah indikator sehatnya ekosistem. Tapi kita juga harus menjaga keselamatan manusia. Keseimbangan ini hanya bisa dicapai jika masyarakat ikut terlibat dan memahami pentingnya konservasi,” pungkas Derry. (edi/lusiana)