Trump Ultimatum Rusia, Moskow Balas dengan Serangan Udara Maut ke Ukraina

Donal Trump--

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO -Ketegangan di medan perang Ukraina kembali memuncak setelah Amerika Serikat melalui Presiden Donald Trump memangkas tenggat waktu bagi Rusia untuk mengakhiri perang menjadi hanya sepuluh hari. Langkah tegas ini diambil sebagai bentuk tekanan diplomatik yang disertai ancaman sanksi dan tarif ekonomi tambahan, tidak hanya terhadap Rusia, tetapi juga terhadap negara-negara yang masih menjalin perdagangan dengannya.

Di tengah tekanan internasional yang meningkat, Rusia justru merespons dengan melancarkan serangan udara baru yang menghantam fasilitas sipil. Serangan paling mematikan terjadi di wilayah Zaporizhzhia, Ukraina tenggara, ketika empat bom luncur berkekuatan tinggi menghantam kompleks penjara. Setidaknya 17 narapidana tewas dan puluhan lainnya luka-luka. Selain itu, rudal balistik juga diarahkan ke area sipil lain, menambah deretan korban jiwa dalam konflik yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun.

Langkah agresif Moskow ini terjadi tak lama setelah Trump menyampaikan pernyataan tegas dari Skotlandia, saat tengah menghadiri pertemuan bersama pemimpin Eropa. Tenggat baru yang ia tetapkan—hanya 10 hingga 12 hari—dilihat sebagai bentuk kekecewaan mendalam terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin. Sebelumnya, Trump telah memberikan waktu 50 hari, namun merasa tidak ada kemajuan yang berarti dalam upaya menuju perdamaian.

Respons Rusia terhadap tekanan tersebut tidak hanya dilakukan di medan perang. Salah satu tokoh senior di pemerintahan Moskow menuding bahwa ultimatum Washington justru bisa menjadi pemicu konflik langsung antara kedua negara adidaya, bukan sekadar kelanjutan perang antara Rusia dan Ukraina.

Sementara itu, dari Kyiv, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyambut baik sikap terbaru AS, yang dinilai datang pada waktu krusial. Pemerintah Ukraina menilai tekanan dari sekutu barat, terutama melalui sanksi ekonomi, dapat menjadi alat penting dalam mendorong Moskow menuju meja perundingan. Kyiv juga menekankan pentingnya menghentikan pasokan senjata dari negara-negara barat ke Rusia sebagai salah satu syarat untuk mencapai perdamaian.

Trump, meski selama ini dikenal enggan bersikap keras kepada Putin karena hubungan pribadi yang terbangun sejak masa jabatannya sebelumnya, kini tampak mengambil langkah lebih tegas. Dalam berbagai kesempatan, ia mengungkapkan rasa frustrasinya karena agresi Rusia yang terus berlanjut, meski sudah ada sejumlah kesepakatan diplomatik sebelumnya.

Upaya AS dalam mendamaikan berbagai konflik global turut dibawa Trump dalam kampanye kepresidenannya. Ia berulang kali menyatakan optimisme bahwa jika kembali menjabat, konflik di Ukraina dapat diselesaikan dalam waktu sangat singkat—bahkan dalam sehari.

Namun kenyataannya, langkah menuju perdamaian belum menunjukkan hasil nyata. Usulan pertemuan antara Putin dan Zelensky menjelang akhir Agustus belum mendapatkan tanggapan positif dari Kremlin, yang menyebut jadwal tersebut tidak realistis. Pemerintah Rusia menilai pertemuan semacam itu hanya bisa terjadi jika telah tercapai kesepakatan yang matang, bukan sebagai awal dari proses negosiasi.

Sementara konflik terus berlanjut, jumlah korban jiwa bertambah, dan tekanan geopolitik pun kian meningkat. Dunia kini menanti, apakah ancaman terbaru dari Washington akan mampu memaksa Moskow menghentikan serangannya, atau justru semakin memperlebar jurang konflik yang sudah menelan ribuan nyawa. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan