BELALAU – Kabar baik menyapa para petani perkebunan di Kabupaten Lampung Barat (Lambar), khususnya mereka yang memanfaatkan batang pinang sebagai penghijauan di area kebun kopi.
Harga buah pinang kini meroket hingga Rp4.000 per kilogram, memberikan harapan baru bagi petani di tengah lesunya harga komoditas lainnya.
Buah pinang, yang dikenal memiliki manfaat untuk kesehatan, kecantikan, dan kebutuhan tradisional lainnya, sebelumnya sempat terpuruk di pasaran. Beberapa bulan lalu, harga pinang nyaris tak bergerak hingga banyak petani yang memilih membiarkannya tak terjual.
Namun, kondisi tersebut mulai membaik di tahun 2024, membawa angin segar bagi petani.."Harga Rp4.000 per kilogram tergolong tinggi dibandingkan beberapa bulan lalu. Waktu itu, buah pinang hampir tidak ada pembelinya," ungkap Jon Hendra, salah satu petani setempat.
Ia menambahkan, kenaikan harga ini menjadi berkah di tengah masa jeda panen kopi robusta yang sistem panennya sekali setahun.
Menurut Jon, buah pinang memiliki keunggulan karena bisa dipanen sepanjang tahun tanpa terikat musim tertentu, mirip dengan kelapa. "Alhamdulillah, buah pinang ini sangat membantu operasional kerja di kebun. Dengan harga yang lumayan, rasanya sayang kalau tidak dimanfaatkan," katanya.
Proses penjualan biji pinang pun dinilai relatif mudah. Jon menjelaskan bahwa mayoritas pembeli kopi di wilayahnya juga tertarik membeli hasil bumi lain, termasuk pinang.
Hal ini mempermudah petani dalam memasarkan panen mereka. "Kami tidak perlu jauh-jauh mencari pembeli. Biasanya mereka datang sendiri untuk membeli kopi sekaligus pinang," tambahnya.
Selain sebagai sumber pendapatan tambahan, keberadaan pohon pinang di kebun kopi juga memiliki fungsi ekologis. Banyak petani di Lampung Barat menanam batang pinang untuk penghijauan sekaligus menjaga kesuburan tanah.
Pohon ini juga dikenal mampu meningkatkan daya tahan kebun terhadap perubahan cuaca ekstrem.
Tren kenaikan harga ini disambut optimis oleh banyak petani. Mereka berharap harga buah pinang tetap stabil atau bahkan meningkat di masa depan. "Kalau harga seperti ini terus, petani bisa sedikit bernafas lega. Selain kopi, pinang menjadi sumber penghasilan alternatif yang sangat membantu," ujar Jon.
Dengan potensi ekonominya yang semakin menjanjikan, beberapa petani bahkan mulai memperluas lahan penanaman pinang di sela-sela kebun kopi mereka.
Hal ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas sekaligus memberikan kontribusi ekonomi yang lebih besar bagi petani di Kabupaten Lampung Barat.
Kenaikan harga buah pinang ini membuktikan bahwa diversifikasi hasil perkebunan dapat menjadi solusi jitu bagi petani dalam menghadapi fluktuasi harga komoditas utama seperti kopi.
Selain meningkatkan kesejahteraan petani, keberadaan pohon pinang juga memperkuat keberlanjutan ekosistem perkebunan di daerah tersebut. (rinto/nopri)