BALIKBUKIT– Kecamatan Suoh dan Bandar Negeri Suoh (BNS) tetap kokoh dalam posisinya sebagai lumbung pangan utama di Kabupaten Lampung Barat. Dengan luas lahan pertanian yang produktif, dua kecamatan ini menjadi tulang punggung produksi padi di daerah berjuluk Bumi Beguwai Jejama Sai Betik.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (DTPH) Lampung Barat, Nata Djudin Amran, mengungkapkan bahwa produksi padi di wilayah ini terus meningkat. Tahun 2024, realisasi produksi Gabah Kering Panen (GKP) mencapai 80.362,1 ton, naik dari tahun sebelumnya. Sementara itu, target produksi padi untuk tahun 2025 ditetapkan lebih ambisius, yaitu 97.183,9 ton.
"Hingga kini Suoh dan BNS tetap menjadi sentra produksi padi terbesar di Lampung Barat. Produktivitas per hektare kini mencapai 4,8 ton, meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 4,6 ton," ungkap Nata Djudin.
Selain faktor lahan yang subur, peningkatan produksi juga didukung oleh upaya pemerintah dalam mendampingi petani, termasuk penyediaan benih unggul dan pengelolaan sumber daya air yang lebih baik. Namun, bukan berarti para petani di Suoh dan BNS bebas dari tantangan.
Meski produksi meningkat, petani di Suoh dan BNS menghadapi sejumlah kendala, terutama cuaca ekstrem dan gangguan satwa liar. Hujan deras yang berpotensi menyebabkan banjir menjadi ancaman serius, begitu juga dengan konflik antara petani dan satwa liar di kawasan BNS Suoh.
"Musibah seperti banjir dan serangan satwa liar menjadi tantangan tersendiri bagi petani. Kami selalu berkoordinasi dengan BPBD dan Dinas PUPR untuk penanganan darurat," ujarnya.
Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah daerah terus berupaya meningkatkan sistem irigasi serta mengedukasi petani agar lebih waspada dalam menghadapi ancaman satwa liar.
”Dengan berbagai tantangan yang dihadapi, Suoh dan BNS tetap membuktikan perannya sebagai lumbung pangan utama di Lampung Barat. Jika target produksi 2025 tercapai, daerah ini akan semakin memperkuat ketahanan pangan regional serta meningkatkan kesejahteraan para petani,” tandasnya. *