Indonesia Berpotensi Lebih Cepat Adopsi Mobil Hidrogen Dibanding Jepang

Mobil Hidrogen-Ilustrasi: Canva@Budi Setiawan-
RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO – Indonesia dinilai memiliki peluang besar untuk mempercepat adopsi mobil berbahan bakar hidrogen dibandingkan dengan Jepang. Hal ini didasari oleh fakta bahwa Indonesia tidak memulai dari nol dalam pengembangan teknologi hidrogen. Beberapa infrastruktur dasar dan pengenalan teknologi telah lebih dahulu dilakukan, memberikan pijakan awal yang lebih kuat.
PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) melihat bahwa percepatan ini sangat bergantung pada beberapa faktor kunci seperti kebijakan pemerintah, ketersediaan bahan baku, dan kesiapan ekosistem pendukung. Indonesia dianggap sudah memiliki produk dan teknologi dasar, sehingga upaya selanjutnya tinggal menyesuaikan dengan kebijakan serta memperluas infrastruktur yang dibutuhkan.
Sejak satu dekade lalu, Toyota sudah mengambil langkah awal dengan mendatangkan mobil hidrogen Toyota Mirai ke Indonesia. Pada tahun 2024, generasi kedua Mirai FCEV hadir, disusul oleh peluncuran Toyota Crown FCEV pada 2025. Bahkan sebelum pemerintah merilis peta jalan resmi, Toyota telah membangun stasiun pengisian hidrogen dengan investasi mencapai Rp 34 miliar serta melakukan berbagai studi dan edukasi publik terkait teknologi ini.
Kini, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah meresmikan Roadmap Hidrogen dan Amonia Nasional (RHAN) yang menjadi acuan utama pengembangan teknologi hidrogen di Indonesia. Dalam peta jalan tersebut, pengembangan sektor transportasi berbasis hidrogen dibagi dalam tiga fase utama:
1. Fase Inisiasi (2025-2034): Fokus pada proyek percontohan dan komersialisasi awal, seperti pengoperasian stasiun pengisian hidrogen dan pemanfaatan bus serta truk berat berbahan bakar hidrogen.
2. Fase Pengembangan dan Integrasi (2035-2045): Pemanfaatan hidrogen mulai meluas mencakup kendaraan penumpang seperti mobil fuel cell serta transportasi laut berbasis hidrogen.
3. Fase Akselerasi dan Berkelanjutan (2051-2060): Teknologi fuel cell akan terus disempurnakan dengan target adopsi massal kendaraan hidrogen dalam skala besar.
Selain mobil, sektor transportasi lainnya yang masuk dalam peta jalan hidrogen Indonesia meliputi kapal laut dan kereta api. Diproyeksikan pada tahun 2030, konsumsi hidrogen akan mencapai 438 ton per tahun yang digunakan oleh sekitar 3.000 unit mobil. Jumlah ini diprediksi melonjak signifikan hingga mencapai 530 ribu ton per tahun dengan jumlah kendaraan FCEV sekitar 3,6 juta unit pada tahun 2060.
Meski optimisme tinggi, tantangan komersialisasi tetap besar, terutama dalam hal biaya yang harus bersaing dengan kendaraan konvensional. Oleh karena itu, keberhasilan adopsi mobil hidrogen sangat ditentukan oleh strategi pengembangan yang tepat, insentif pemerintah, serta kesediaan konsumen dalam beralih ke teknologi bersih ini.
Dengan langkah-langkah yang telah diambil dan dukungan regulasi yang semakin jelas, Indonesia berada di jalur yang tepat untuk menjadi salah satu pelopor penggunaan mobil hidrogen di kawasan Asia. (*)