Kontroversi di Balik Kebijakan Pendidikan di Korea Utara
Sistem Pendidikan: Pendidikan di Korea Utara jelas memiliki tujuan yang lebih besar daripada sekadar pengajaran pengetahuan akademis—yaitu untuk memperkuat sistem otoritarian dan ideologi negara.//Foto: Dok/Net--
Banyak sekolah di Korea Utara bahkan tidak memiliki banyak pilihan ekstrakurikuler, karena fokus utama tetap pada pelatihan ideologis dan pembelajaran tentang ajaran negara. Pendidikan lebih berorientasi pada pembentukan "tentara ideologis" daripada individu-individu yang mampu berpikir kritis atau inovatif. Oleh karena itu, siswa di Korea Utara tidak diajarkan untuk berpikir secara mandiri atau mempertanyakan ideologi yang ada.
4. Penggunaan Pendidikan untuk Melatih Tentara
Pendidikan di Korea Utara juga berfungsi sebagai alat untuk mempersiapkan warganya untuk menjadi bagian dari militer atau mesin negara. Setiap siswa di Korea Utara harus menjalani pelatihan militer setelah lulus dari sekolah menengah. Ini bagian dari kewajiban bagi setiap warga negara untuk melayani negara mereka dalam peran militer. Pendidikan militer ini tidak hanya melibatkan latihan fisik, tetapi juga mencakup pengajaran tentang persenjataan, strategi militer, dan tentu saja, ideologi negara.
Selain itu, ada juga pelajaran yang berfokus pada pengajaran tentang kemuliaan sejarah Korea Utara, yang memuliakan kontribusi keluarga Kim terhadap negara dan dunia. Anak-anak didorong untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik, seperti mengikuti "pawai" atau acara lainnya yang mengingatkan mereka akan kesetiaan terhadap pemimpin dan negara mereka.
5. Diskriminasi dalam Akses Pendidikan
Meski Korea Utara mengklaim bahwa pendidikan dasar dan menengah adalah hak universal bagi semua warga negara, realitasnya tidak selalu demikian. Sistem pendidikan di negara ini juga sangat tersegmentasi. Anak-anak dari keluarga pejabat tinggi dan elit negara sering mendapatkan akses ke pendidikan yang lebih baik, sementara anak-anak dari keluarga dengan status sosial yang lebih rendah—terutama mereka yang berasal dari kelas "musuh negara"—sering kali diperlakukan secara berbeda.
Selain itu, orang-orang yang dianggap "kontra-revolusioner" atau mereka yang memiliki hubungan keluarga dengan orang yang dianggap "musuh negara" dapat menghadapi diskriminasi dalam mendapatkan pendidikan yang layak. Pendidikan tinggi, terutama di universitas atau akademi militer, cenderung terbatas untuk mereka yang dianggap cukup loyal dan telah membuktikan kesetiaannya kepada rezim.
6. Pengaruh Pendidikan terhadap Psikologi Generasi Muda
Salah satu kontroversi yang lebih luas adalah dampak dari sistem pendidikan Korea Utara terhadap psikologi generasi muda. Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang sangat terkontrol dan penuh propaganda ini kemungkinan besar tidak memiliki pemahaman yang lengkap tentang dunia luar. Mereka tumbuh dengan keyakinan bahwa negara mereka adalah yang terbaik dan bahwa dunia luar adalah ancaman yang harus dihadapi.